A.
Judul : Upaya
Meningkatkan Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Stradale
Menggunakan Modifikasi Alat pada
Siswa Kelas V SDN Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

B. Bidang
Studi : Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan
C.
Latar
Belakang
Pendidikan Jasmani adalah pendidikan
yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak
, dan karya yang diberi bentuk, isi, dan
arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan
olahraga.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang
diajarkan di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga
dan kesehatan yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar
itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang
lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sebagai pendidikan
gerak dan pendidikan melalui gerak
memiliki aspek-aspek gerak yang ingin dicapai. Adapun struktur materi
Pendidikan Jasmani untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD meliputi kesadaran akan
tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik
(olahraga di air/bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan
sikap dan perilaku. Dan materi pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah
aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup
di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta
pembentukan sikap dan perilaku).
Berdasarkan observasi peneliti pada materi lompat tinggi
ditemukan bahwa hampir rata-rata siswa kelas V belum dapat melewati mistar
menggunakan gaya gunting. Dari jumlah seluruh siswa yaitu 18 siswa yang terdiri
dari 7 laki-laki dan 11 perempuan, tidak ada satupun yang berhasil dengan
sempurna melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran Penjaskes pada materi lompat tinggi
belum berhasil.
Kesulitan yang dialami siswa dalam melakukan lompat
tinggi adalah saat melakukan gerak mengambil ancang-ancang melompat. Ragu dalam
mengambil ancang-ancang membuat hasil langkahan kaki seperti gunting untuk melewati
mistar tidak dilakukan dengan maksimal. Langkahan kaki terlalu rapat antaar
kaki yang melangkah lebih dulu dengan mistar sehingga tersentuh mistar. Ada
lagi yang telah melangkah dengan benar tapi saat kaki kedua melangkah badan
tidak di angkat sehingga mengenai mistar dan jatuh. Sebagian besar siswa
perempuan tidak berani mencoba latihan yang diberikan guru, siswa takut pada
mistar lompat tinggi. Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan ketuntasan
belajar, dapat peneliti simpulkan untuk melakukan modifikasi pada mistar lompat
tinggi dengan alat yang menarik tapi juga tidak menakutkan bagi siswa. Dengan
penggunaan modifikasi mistar ini diharapkan siswa akan berani mencoba latihan
yang diberikan sehingga dengan latihan berulang-ulang siswa akan meningkatkan
keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting.
Atas latar belakang inilah, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) dengan judul “Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Lompat Tinggi
Gaya Stradale Menggunakan Modifikasi
Alat Siswa Kelas V SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus”.
D.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.
Rata-rata siswa belum bisa melakukan
gerak dasar lompat tinggi gaya gunting
2. Siswa
masih ragu melakukan ancang-ancang lompat tinggi
3. Siswa
kesulitan melakukan gerak langkah melewati mistar
4. Belum
digunakannya modifikasi alat dalam pembelajaran
E.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas
dapat dirumuskan masalah berikut :
“Apakah dengan
penggunaan modifikasi alat berupa karet, pelepah pisang dan bambu dapat
meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting?”
F.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian adalah :
“Ingin meningkatkan gerak dasar lompat
tinggi gaya Stradale siswa kelas V SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus”.
G.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi
peneliti
Peneliti mendapatkan
data secara empiris mengenai alat-alat yang dapat dimodifikasi dalam
pembelajaran lompat tinggi.
2. Bagi
guru
Guru mendapatkan bahan
pemikiran dalam memilih modifikasi alat dalam pembelajaran lompat tinggi.
3. Bagi siswa
Meningkatkan dan
memperbaiki gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa.
H.
Tinjauan
Pustaka
1.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu
pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan
untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari
proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan
melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat
dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa
gerak jasmani atau olahraga.
Aktivitas jasmani harus dikelola secara
sistematis, dipilih sesuai karakteristik peserta didik, tingkat kematangan,
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu
meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh
ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman
yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan
bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. (Kurikulum
Penjas, 2004)
Pendidikan Jasmani menyediakan ruang
untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba kegiatan yang sesuai minat anak
dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan
saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi
yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,
menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan
yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan
moral.
2.
Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak
adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah
melakukan aktifitas belajar. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:44) Sedangkan
belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu kecenderungan
tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana Sujana. 1991: 5)
Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus manadji (1994: 162) belajar adalah
asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat
(respons). Ada tiga aspek penting dalam belajar, yaitu hukum kesiapan, hukum
latihan dan hukum pengaruh.
1.
Hukum kesiapan
Berarti bahwa individu akan belajar
jauh lebih efektif dan cepat bila ia telah siap atau matang untuk belajar dan
seandainya ada kebutuhan yang dirasakan. Ini berarti dalam aktivitas pendidikan
jasmani guru seharusnyalah dapat menentukan materi-materi yang tepat dan mampu
dilakukan oleh anak. Guru harus memberikan pemahaman mengapa manusia bergerak
dan cara melakukan gerakan secara aman, efisien dan efektif. Sehingga kegiatan
belajar akan memuaskan.
2.
Hukum latihan
Jika seseorang ingin memperoleh hasil
yang lebih baik, maka ia harus berlatih. Sebagai hasil dari latihan yang
terus-menerus akan diperoleh kekuatan, tetapi sebagai hasil tidak berlatih akan
memperoleh kelemahan. Kegiatan belajar dalam pendidikan diperoleh dengan
melakukan. Melakukan berulang-ulang tidak berarti mendapatkan kesegaran atau
keterampilan yang lebih baik. Melalui pengulangan yang dilandasi dengan konsep
yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan dan dilakukan secara teratur akan
menghasilkan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang dikehendaki. Ini berarti
guru harus menerapkan latihan atau pengulangan dengan penambahan beban agar
meningkatnya kesegaran jasmani anak, dengan memperhatikan pula fase pertumbuhan
dan perkembangan anak.
3.
Hukum pengaruh
Bahwa seseorang individu akan lebih
mungkin untuk mengulangi pengalaman-pengalaman yang memuaskan daripada
pengalaman-pengalaman yang mengganggu. Hukum ini seperti yang berlaku pada
pendidikan jasmani mengandung arti bahwa setiap usaha seharusnya diupayakan
untuk menyediakan situasi-situasi agar siswa mengalami keberhasilan serta
mempunyai pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan. Guru harus merencanakan
model-model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan lebih baik jika
disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan perkembangan anak, pada usia remaja,
anak akan menyukai permainan, bermain dengan kelompok-kelompok dan menunjukkan
prestasinya sehingga mendapat pengakuan diri dari orang lain.
3.
Gaya
guling (straddle)
Gaya ini dapat
dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Gambar. Teknik
Gaya Guling (Suyono, 1993) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 4 - 43
Gaya
guling sering disebut juga dengan gaya anjing kencing. Diberi nama anjing
kencing karena pada waktu melakukan pendaratan melakukan sikap seperti anjing
yang sedang kencing. Dalam lompat tinggi gaya ini terbagi atas awalan, tolakan,
sikap tubuh di atas mistar dan pendaratan.
a. Awalan
Awalan dilakukan
dengan mengambil tempat menyamping kira-kira 35-45 derajat. Langkah dalam
melakukan awalan selalu ganjil. Cara mengukur jumlah langkah awalan dihitung
mundur dari tempat melakukan tolakan.
b. Tolakan
Tolakan pada
lompat tinggi gaya guling dengan menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan kaki
ayun bagian luar. Berbeda dengan kaki tumpu pada lompat tinggi gaya flop. Pada
gaya flop kaki tumpu adalah kaki bagian luar dan kaki ayun bagian dalam. Pada
waktu melakukan tumpuan dan menolak pada gaya guling kaki ayun langsung
melangkah ke atas untuk melompati mistar.
c. Sikap tubuh di atas mistar
Tubuh di atas
mistar dimulai setelah kaki ayun melangkah bersamaan dengan tolakan kaki tumpu
menolak. Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan cepat dibalikkan serta
kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada pundak dan kaki tolak
dilipat, kemudian digerakkan dari samping ke atas. Saat tangan kanan dan kepala
berada di bawah mistar, tangan kiri diayunkan dan dilipat di atas punggung
supaya tidak menyentuh mistar.
d. Mendarat

Gambar Gerak
Dasar Lompat Tinggi Gaya Stradale.
4.
Modifikasi
Alat
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 751) modifikasi
artinya pengubahan, atau perubahan. Menurut Bahagia dan Suherman (2000:41)
modifikasi merupakan salah satu usaha para guru agar pembelajaran mencerminkan
DAP (Developentally
Appropriate Practice) termasuk didalamnya body scaling atau penyesuaian dengan
ukuran tubuh siswa yang sedang belajar.
Esensi
modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran
dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk
memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun,
mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa,
dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih tinggi.
Modifikasi yang berprinsip DAP diarahkan agar aktifitas belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, serta dapat membantu dan mendorong perubahan
kemampuan belajar anak kearah perubahan yang lebih baik.
Penggunaan alat modifikasi diharapkan dapat memotivasi anak melakukan tugas gerak yang
diberikan. Sehingga pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai. Slameto
(1995: 12) menyatakan proses belajar dikatakan berhasil apabila ada perubahan
pada diri anak berupa perubahan prilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Dalam proses belajar mengajar peserta didik harus menunjukkan
kegembiraan, semangat yang besar dan percaya diri. Atas dasar tersebut, guru
berperan untuk mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna
tercapainya tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat
kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang
digunakan untuk melakukan skill itu. Misalnya, berat-ringannya, besar-kecilnya,
tinggi-rendahnya dan panjang-pendek peralatan yang digunakan. (Bahagia dan
Suherman, 2000:48)
Modifikasi
alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan karet, pelepah
pisang dan bambu. Dengan modifikasi alat lompat tinggi tersebut diharapkan akan
meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya gunting pada siswa
kelas V.
I.
Kerangka
Pikir
Hasil
belajar yang dicapai oleh siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih
dan menerapkan teknik dan penggunaan alat bantu yang tepat dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar terlihat
dari perubahan yang
menyangkut ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan Jasmani sebagai
pendidikan melalui gerak menuntut adanya penggunaan alat bantu atau alat modifikasi
untuk membantu dan mempermudah guru menerangkan pelajaran dan siswa dalam mencapai
ketuntasan belajar.
Lompat
tinggi adalah lompat melewati mistar dan mendarat pada matras yang telah
disediakan. Dimulai dari gerakan lari ancang-ancang
beberapa langkah di samping depan mistar, kemudian mendekati mistar dan
mengayunkan salah satu kaki kemudian kaki yang satu juga menyusul melewati
mistar. Untuk memotivasi dan membuat siswa berani melakukan lompat tinggi
peneliti menggunakan modifikasi alat berupa karet yang diikatkan pada dua buah
pelepah pisang yang dijadikan pengganti tiang. Selain karet akan digunakan juga
bambu sebagai pengganti mistar. Modifikasi alat tersebut dimaksudkan untuk
menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa
menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi tingkat yang lebih
tinggi lompat tinggi gaya guntingnya. Dengan prinsip DAP dalam modifikasi maka aktifitas
belajar yang direncanakan akan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, serta
dapat membantu dan mendorong perubahan kemampuan belajar anak kearah perubahan
yang lebih baik.
J.
Hipotesis
Tindakan
Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam
penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis
tindakan. Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan
perbaikan yang diinginkan.
Adapun rumusan hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah :
“Dengan penggunaan modifikasi alat dapat
meningkatkan gerak dasar lompat
tinggi gaya stradale pada siswa kelas V SDN 1 Sukamaju
Kecamatan Pugung Tanggamus”.
K.
Metodologi
Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau yang
disebut Classroom Action Research, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Dalam
PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan
dilakukan pada responden maka responden dapat juga merasakan hasil perlakuan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia
tanggungjawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran. Masalah yang
diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme dan menunjukan budaya akademik. (Arikunto, dkk.
2007: 61).

Gambar 2 :
Spiral Penelitian Tindakan Kelas.
1. Setting
Penelitian
a. Tempat
penelitian :
SDN 1 Sukamaju Kecamatan Pugung Tanggamus
b. Pelaksanaan
penelitian :
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan (Februari 2012).
2. Subjek
Penelitian
Penelitian dilakukan pada
siswa kelas V di SDN 2 Tanjung Heran Kecamatan Pugung Tanggamus yang berjumlah 18
siswa, terdiri dari 7 laki-laki dan 11 perempuan.
3.
Rencana Tindakan
Siklus
I
Rencana :
a.
Merancang
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
b.
Mempersiapkan instrumen gerak dasar
lompat tinggi gaya gunting untuk
penilaian diakhir proses pembelajaran.
c.
Menyiapkan
alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
d.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran siklus pertama.
Tindakan :
a.
Menjelaskan
bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus pertama. Bentuk kegiatannya
adalah latihan melompati karet dan menggunakan tiang dari pelepah pisang.
b.
Siswa
dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka
tersebut.
c.
Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang
direncanakan pada tatap muka tersebut.
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan
mengevaluasi dari hasil siklus pertama.
Refleksi :
a.
Hasil
observasi disimpulkan dan didiskusikan
b.
Merumuskan
tindakan untuk siklus kedua
Siklus
II
Rencana :
a.
Merancang
kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus pertama meliputi kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
b.
Mempersiapkan instrumen gerak dasar
lompat tinggi gaya gunting untuk
penilaian diakhir proses pembelajaran.
c.
Menyiapkan
alat untuk dokumentasi (handycam atau kamera).
d.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran siklus pertama.
Tindakan :
a.
Menjelaskan
bentuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu latihan lompat
pada bambu.
b.
Siswa
dibariskan kemudian siswa diberitahukan mengenai penelitian pada tatap muka
tersebut.
c.
Menginstruksikan siswa untuk melakukan latihan yang
direncanakan pada tatap muka tersebut.
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan lalu melakukan pengamatan, mengoreksi dan
mengevaluasi dari hasil siklus kedua.
Refleksi :
Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
4. Instrumen
dan Cara Pengambilannya
Instrumen
adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap siklusnya.
Instrumen dalam penelitian ini berupa penilaian kualitas gerak dasar lompat
tinggi gaya gunting. Rentang nilai yang digunakan dalam penilaian adalah 1-3,
dengan nilai 1 adalah kurang, 2 adalah cukup dan 3 adalah baik.
Tabel
1. Format Penilaian Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Gunting.
No
|
Indikator
|
Deskriptor
|
Nilai
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Tahap
Persiapan
|
·
Posisi badan tegak
·
Mata lurus ke depan
melihat mistar
·
Jarak untuk melakukan
ancang-ancang sekitar 9 langkah
·
Posisi di samping depan
mistar
|
|||
2
|
Tahap
Pelaksanaan
|
·
Lari perlahan, langkah
kaki diperlebar
·
Tolakan pada lompat tinggi gaya guling dengan
menggunakan kaki tumpu bagian dalam dan
kaki ayun bagian luar
·
Sewaktu melakukan tumpuan dan menolak pada gaya
guling kaki ayun langsung melangkah ke atas untuk melompati mistar.
·
Saat ada dorongan dari kaki tumpu badan dengan
cepat dibalikkan serta kepala tunduk. Posisi pantat lebih tinggi dari pada
pundak dan kaki tolak dilipat, kemudian digerakkan dari samping ke atas
·
Saat tangan kanan dan kepala berada di bawah
mistar, tangan kiri diayunkan dan dilipat di atas punggung supaya tidak
menyentuh mistar
|
|||
3
|
Tahap Akhir
Gerakan
|
·
Bagian tubuh yang pertamakali mendarat adalah kaki
ayun dan kedua tangan.
|
(Adaptasi
M. Sakir)
5. Teknik Analisis Data
Untuk melihat
kualitas hasil tindakan disetiap siklus digunakan rumus :

Keterangan :
P : Prosentase
keberhasilan
f : Jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar
N : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Selanjutnya
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa yang dikatakan tuntas apabila :
1.
Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 65 atau persentase ketercapaian 65 % secara perorangan.
2.
Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas
tersebut telah terdapat 85 % siswa yang telah mendapat nilai ≥ 65 ( Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru 79).
.
![]() |
|||
![]() |
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Bahagia, Yusuf dan Suherman. (2000).Atletik.
Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum
Pendidikan Jasmani. Jakarta.
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta
Kunandar.
2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Slameto.
1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sujana, Nana. 1991. Teori-Teori
Belajar untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Tim Penyusun
Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Penerbit
Balai Pustaka. Jakarta.
Unila. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.
![]() |
||
![]() |
UPAYA MENINGKATKAN
GERAK DASAR LOMPAT TINGGI
GAYA STRADALE MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT
SISWA KELAS V SDN
1 SUKAMAJU KECAMATAN
PUGUNG TANGGAMUS
(Proposal Penelitian)
GUNANTO
1013126009

PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012